Tanaman Ganyong atau Ganyong (Canna
edulis KERR) adalah tanaman ubi-ubian yang dapat dimakan dan
kebanyakan digunakan sebagai makanan cadangan. Nama lainnya adalah Canna.
Queensland arrow root, indian shot (Inggris). Ganyong (Jawa, Sunda), buah
tasbeh (Jawa), ubi pikul (Sumatera), daun tasbeh, ganyong, pisang sebiak
(Malaysia). Sampai saat ini, tanaman ganyong belum diusahakan secara serius dan
intensif, tetapi memberikan harapan untuk menunjang program diversifikasi
pangan dan gizi, memanfaatkan lahan kosong dan meningkatkan ketahanan
pangan.
Ganyong menghasilkan ubi yang dapat dimakan mentah atau masak,
baik setelah direbus atau diolah menjadi panganan. Tepung ganyong dapat
dibuat dengan cara membuat pati yang berasal dari umbinya. Caranya yaitu
bersihkan kulit ganyong dengan cara mencuci bersih atau mengupasnya, kemudian
parut dan peras airnya dengan menggunakan saringan, air saringan diendapkan
sampai endapan dan airnya terpisah, setelah itu endapannya baru dijemur di
bawah sinar matahari sampai kering, bila ingin baik hasilnya lakukan
penggilingan dan siap untuk digunakan. Pati ganyong ini dapat digunakan dalam
pembuatan berbagai jenis makanan, soun, lem, dll.
Kegunaan lainnya
adalah : (a) tanaman muda dimakan sebagai sayuran hijau; (b) daunnya digunakan pembungkus
atau alas makan; (c) daun dan umbinya bisa digunakan sebagai pakan ternak
(sapi); (d) tanaman dan bunganya dapat dijadikan sebagai tanaman hias; (e)
bijinya yang hitam dan berkulit keras digunakan sebagai kalung atau tasbeh; dan
(f) sebagai tanaman obat.
Di Vietnam, patinya dijadikan bahan baku pengganti kacang hijau dalam pembuatan mie bening (soun) berkualitas tinggi. Di Jawa, biji ganyol dihancurkan dan digunakan sebagai luluran untuk menghilangkan sakit kepala. Sari umbi hasil ekstraksi digunakan untuk mengobati diare. Bubur umbi yang dididihkan digunakan sebagai obat penyakit kulit tropis di Kamboja.
Di Vietnam, patinya dijadikan bahan baku pengganti kacang hijau dalam pembuatan mie bening (soun) berkualitas tinggi. Di Jawa, biji ganyol dihancurkan dan digunakan sebagai luluran untuk menghilangkan sakit kepala. Sari umbi hasil ekstraksi digunakan untuk mengobati diare. Bubur umbi yang dididihkan digunakan sebagai obat penyakit kulit tropis di Kamboja.
Di Hongkong umbi yang telah hancur dididihkan
digunakan untuk mengobati hepatitis akut. Di Indo China umbi sebar yag
dihancurkan digunakan untuk mengobati trauma. Di Filipina, umbi yang telah
dihancurkan, direndam dan dihancurkan, direndam dan dilembutkan dalam air
digunakan untuk menghilangkan mimisan.
Kandungan Gizi
Setiap 100 gram umbi
yang dapat dimakan, berisi kira-kira : air 75 g, protein 1 g, lemak 0,1 g,
karbohidrat 22,6 g, Ca 21 miligram (mg), P 70 mg, Fe 20 mg, vitamin B 0,1 mg,
vitamin C 10 mg. Karbohidrat terdiri dari lebih 90% tepung dan 10% gula
(glukosa dan sukrosa). Tepung yang dihasilkan kuning cerah dengan ukuran butir
yang besar (125-145 milimikron x 60 milimikron) tidak beraturan. Tepung ini
sangat larut dan mudah dicerna. Setelah dimasak, tepung menjadi mengkilat dan
transparan.
Deskripsi
Deskripsi
Berumbi, tahunan,
tegak, tanaman herba yang kuat, tinggi mencapai 3,5 m, umbi bercabang
horizontal, mencapai panjang 60 cm dengan diameter 10 cm, dengan segmen
berdaging membentuk balon, ditutupi oleh daun tipis, dan akar tebal yang
berserat. Tangkai berdaging, timbul dari umbi, biasanya tingginya 1-1,5 m,
sering keungu-unguan. Daunnya teratur secara spiral dengan kuncup besar yang
terbuka, kadang-kadang petiolanya pendek, daun sempit dari rata menuju elips,
tulang daun nyata, bagian bawah agak keunguan. Bunganya berwarna merah
kekuningan, buah berbentuk kapsul yang solid seperti telur. Bijinya banyak,
bulat, diameter 0,5 cm, licin dan keras, kehitaman sampai sangat coklat tua.
Iklim dan Tanah
Iklim dan Tanah
Ganyong tumbuh baik
pada daerah dengan distribusi curah hujan 1000-1200 mm per tahun. Toleran
terhadap kelebihan kadar air (tetapi tidak tahan jenuh air) dan naungan.
Pertumbuhan normal terjadi pada suhu di atas 10 oC, tetapi dapat melalui suhu
tinggi 30-32 oC. Ganyol tumbuh sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut.
Tumbuh subur pada berbagai macam tanah, termasuk tanah marginal bagi kebanyakan
tanaman umbi. Tanah yang disukai adalah lempung berpasir dan kaya humus.
Tanaman ini toleran terhadap interval pH 4,5-8,0.
Teknik Budidaya
Teknik Budidaya
Ganyong paling banyak
dibiakkan dengan pemotongan umbi. Kadang-kadang bijinya juga digunakan untuk
perbanyakan, tetapi karena resiko hibridisasi, pemotongan umbi lebih disukai
untuk menjaga kemurnian genetik klon. Umbi yang masih muda digunakan untuk
perbanyakan vegetatif, bukan yang bagian coklat tua. Sebagian kecil umbi
mempunyai paling sedikit dua mata yang sehat, ditanam terpisah pada jarak 50
cm, kedalaman 15 cm. Seluruh umbi dapat ditanam. Bila ditanam terlalu dekat,
tanaman terlalu berdesakan, mengakibatkan penampilan jelek. Lebih baik menanam
ganyol pada musim hujan, bila tidak, harus diairi. Ganyong ditanam pada
bedengan yang telah diolah seluruhnya dan dicampur dengan pupuk dan kompos yang
cukup.
Pemeliharaan
Pemeliharaan
Selama pemeliharaan,
perlu dilakukan penyiangan gulma dan penyulaman. Mulsa rumput kering pada
bedengan membantu menjaga kelembaban tanah dan menambah unsur hara tetapi dapat
merupakan tempat persembunyian bagi kumbang. Pemupukan bulanan dengan pupuk
cair atau buatan memberikan hasil lebih baik.
Penyakit dan Hama
Penyakit dan Hama
Secara umum ganyong
adalah tanaman keras dengan sedikit penyakit dan hama. Fusarium, Puccinia, dan
Rhizoctonia Sp adalah kemungkinan penyakit jamurnya. Kumbang dan belalang dapat
memakan daun, dan cacing menyerang umbinya.
Panen dan Hasil
Panen dan Hasil
Pemanenan umbi
ganyong dapat dilakukan 4-8 bulan setelah tanam, dicabut atau digali.
Ciri umbi matang adalah apabila potongan segitiga bagian terluar daun umbi
berubah menjadi ungu. Panen setelah 8 bulan dapat memberikan hasil yang lebih
tinggi, karena umbi ganyol telah mengembang secara maksimum.
Hasil umbi bervariasi dari 23 ton per hektar pada 4 bulan menjadi 45-50 ton per hektar pada 8 bulan, atau 85 ton per hektar setelah setahun. Tepung yang dihasilkan adalah 4-10 ton per hektar.
Penanganan Setelah Panen
Hasil umbi bervariasi dari 23 ton per hektar pada 4 bulan menjadi 45-50 ton per hektar pada 8 bulan, atau 85 ton per hektar setelah setahun. Tepung yang dihasilkan adalah 4-10 ton per hektar.
Penanganan Setelah Panen
Umbi segar yang baru dipanen harus ditangani
secara hati-hati. Bila akan dikonsumsi, harus dilakukan segera setelah panen.
Bila dibiarkan lebih dari 10 bulan umbi ganyol akan menjadi keras, kurang dapat
dikonsumsi , dan tepung yang dihasilkannya sangat rendah. Umbi yang sudah
bersih dapat disimpan beberapa minggu pada kondisi sejuk dan kering.
Untuk produksi tepung komersial, umbi diproses segera setelah panen. Untuk memperoleh patinya, umbi diparut, ditambahkan air, dan bubur patinya disaring, dipisahkan melalui pengendapan dan selanjutnya dikeringkan.
Untuk produksi tepung komersial, umbi diproses segera setelah panen. Untuk memperoleh patinya, umbi diparut, ditambahkan air, dan bubur patinya disaring, dipisahkan melalui pengendapan dan selanjutnya dikeringkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar