Kamis, 06 Agustus 2015

KUE MANGKOK SINGKONG

BAHAN :
  • 500 gr Singkong parut warna putih
  • 150 gr gula pasir
  • 2 butir kuning telur
  • Garam secukupnya
  • 100 gr mentega
  • Pewarna sesuai selera
  • baking powder secukupnya
CARA MEMBUAT :
  1. Campur seluruh bahan menjadi satu adonan rata, masukkan ke cetakan kue mangkokyang sudah diolesi dengan mentega atau minak goreng. cetakan diisi cukup setengah saja.
  2. selanjutnya kukus adonan tersebut selama kira-kira 30 menit.

Selasa, 12 Mei 2015

BUDIDAYA GANYONG



Tanaman Ganyong atau Ganyong (Canna edulis KERR) adalah tanaman ubi-ubian yang  dapat dimakan dan kebanyakan digunakan sebagai makanan cadangan. Nama lainnya adalah Canna. Queensland arrow root, indian shot (Inggris). Ganyong (Jawa, Sunda), buah tasbeh (Jawa), ubi pikul (Sumatera), daun tasbeh, ganyong, pisang sebiak (Malaysia). Sampai saat ini, tanaman ganyong belum diusahakan secara serius dan intensif, tetapi memberikan harapan untuk menunjang program diversifikasi pangan dan gizi, memanfaatkan lahan kosong dan meningkatkan ketahanan pangan.

Ganyong menghasilkan ubi yang dapat dimakan mentah atau masak, baik setelah direbus atau diolah menjadi panganan. Tepung ganyong dapat dibuat dengan cara membuat pati yang berasal dari umbinya. Caranya yaitu bersihkan kulit ganyong dengan cara mencuci bersih atau mengupasnya, kemudian parut dan peras airnya dengan menggunakan saringan, air saringan diendapkan sampai endapan dan airnya terpisah, setelah itu endapannya baru dijemur di bawah sinar matahari sampai kering, bila ingin baik hasilnya lakukan penggilingan dan siap untuk digunakan. Pati ganyong ini dapat digunakan dalam pembuatan berbagai jenis makanan, soun, lem, dll.

Kegunaan lainnya adalah : (a) tanaman muda dimakan sebagai sayuran hijau; (b) daunnya digunakan pembungkus atau alas makan; (c) daun dan umbinya bisa digunakan sebagai pakan ternak (sapi); (d) tanaman dan bunganya dapat dijadikan sebagai tanaman hias; (e) bijinya yang hitam dan berkulit keras digunakan sebagai kalung atau tasbeh; dan (f) sebagai tanaman obat.
Di Vietnam, patinya dijadikan bahan baku pengganti kacang hijau dalam pembuatan mie bening (soun) berkualitas tinggi. Di Jawa, biji ganyol dihancurkan dan digunakan sebagai luluran untuk menghilangkan sakit kepala. Sari umbi hasil ekstraksi digunakan untuk mengobati diare. Bubur umbi yang dididihkan digunakan sebagai obat penyakit kulit tropis di Kamboja.
Di Hongkong umbi yang telah hancur dididihkan digunakan untuk mengobati hepatitis akut. Di Indo China umbi sebar yag dihancurkan digunakan untuk mengobati trauma. Di Filipina, umbi yang telah dihancurkan, direndam dan dihancurkan, direndam dan dilembutkan dalam air digunakan untuk menghilangkan mimisan.

Kandungan Gizi
Setiap 100 gram umbi yang dapat dimakan, berisi kira-kira : air 75 g, protein 1 g, lemak 0,1 g, karbohidrat 22,6 g, Ca 21 miligram (mg), P 70 mg, Fe 20 mg, vitamin B 0,1 mg, vitamin C 10 mg. Karbohidrat terdiri dari lebih 90% tepung dan 10% gula (glukosa dan sukrosa). Tepung yang dihasilkan kuning cerah dengan ukuran butir yang besar (125-145 milimikron x 60 milimikron) tidak beraturan. Tepung ini sangat larut dan mudah dicerna. Setelah dimasak, tepung menjadi mengkilat dan transparan.

Deskripsi
Berumbi, tahunan, tegak, tanaman herba yang kuat, tinggi mencapai 3,5 m, umbi bercabang horizontal, mencapai panjang 60 cm dengan diameter 10 cm, dengan segmen berdaging membentuk balon, ditutupi oleh daun tipis, dan akar tebal yang berserat. Tangkai berdaging, timbul dari umbi, biasanya tingginya 1-1,5 m, sering keungu-unguan. Daunnya teratur secara spiral dengan kuncup besar yang terbuka, kadang-kadang petiolanya pendek, daun sempit dari rata menuju elips, tulang daun nyata, bagian bawah agak keunguan. Bunganya berwarna merah kekuningan, buah berbentuk kapsul yang solid seperti telur. Bijinya banyak, bulat, diameter 0,5 cm, licin dan keras, kehitaman sampai sangat coklat tua.

Iklim dan Tanah
Ganyong tumbuh baik pada daerah dengan distribusi curah hujan 1000-1200 mm per tahun. Toleran terhadap kelebihan kadar air (tetapi tidak tahan jenuh air) dan naungan. Pertumbuhan normal terjadi pada suhu di atas 10 oC, tetapi dapat melalui suhu tinggi 30-32 oC. Ganyol tumbuh sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut. Tumbuh subur pada berbagai macam tanah, termasuk tanah marginal bagi kebanyakan tanaman umbi. Tanah yang disukai adalah lempung berpasir dan kaya humus. Tanaman ini toleran terhadap interval pH 4,5-8,0.

Teknik Budidaya
Ganyong paling banyak dibiakkan dengan pemotongan umbi. Kadang-kadang bijinya juga digunakan untuk perbanyakan, tetapi karena resiko hibridisasi, pemotongan umbi lebih disukai untuk menjaga kemurnian genetik klon. Umbi yang masih muda digunakan untuk perbanyakan vegetatif, bukan yang bagian coklat tua. Sebagian kecil umbi mempunyai paling sedikit dua mata yang sehat, ditanam terpisah pada jarak 50 cm, kedalaman 15 cm. Seluruh umbi dapat ditanam. Bila ditanam terlalu dekat, tanaman terlalu berdesakan, mengakibatkan penampilan jelek. Lebih baik menanam ganyol pada musim hujan, bila tidak, harus diairi. Ganyong ditanam pada bedengan yang telah diolah seluruhnya dan dicampur dengan pupuk dan kompos yang cukup.

Pemeliharaan
Selama pemeliharaan, perlu dilakukan penyiangan gulma dan penyulaman. Mulsa rumput kering pada bedengan membantu menjaga kelembaban tanah dan menambah unsur hara tetapi dapat merupakan tempat persembunyian bagi kumbang. Pemupukan bulanan dengan pupuk cair atau buatan memberikan hasil lebih baik.

Penyakit dan Hama
Secara umum ganyong adalah tanaman keras dengan sedikit penyakit dan hama. Fusarium, Puccinia, dan Rhizoctonia Sp adalah kemungkinan penyakit jamurnya. Kumbang dan belalang dapat memakan daun, dan cacing menyerang umbinya.

Panen dan Hasil
Pemanenan umbi ganyong dapat dilakukan 4-8 bulan setelah tanam, dicabut atau digali. Ciri umbi matang adalah apabila potongan segitiga bagian terluar daun umbi berubah menjadi ungu. Panen setelah 8 bulan dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, karena umbi ganyol telah mengembang secara maksimum.
Hasil umbi bervariasi dari 23 ton per hektar pada 4 bulan menjadi 45-50 ton per hektar pada 8 bulan, atau 85 ton per hektar setelah setahun. Tepung yang dihasilkan adalah 4-10 ton per hektar.

Penanganan Setelah Panen
Umbi segar yang baru dipanen harus ditangani secara hati-hati. Bila akan dikonsumsi, harus dilakukan segera setelah panen. Bila dibiarkan lebih dari 10 bulan umbi ganyol akan menjadi keras, kurang dapat dikonsumsi , dan tepung yang dihasilkannya sangat rendah. Umbi yang sudah bersih dapat disimpan beberapa minggu pada kondisi sejuk dan kering.
Untuk produksi tepung komersial, umbi diproses segera setelah panen. Untuk memperoleh patinya, umbi diparut, ditambahkan air, dan bubur patinya disaring, dipisahkan melalui pengendapan dan selanjutnya dikeringkan.

 ( Sumber : BBPP Lembang )

Rabu, 15 April 2015

CANANA GANYONG KOPI

Bahan :

  • Tepung Ganyong    130 gram
  • Tepung Terigu          20 gram
  • Margarin                100 gram
  • Gula Halus               80 gram
  • Kuning Telur              1 butir
  • Kopi Bubuk               8 gram
  • Susu Bubuk             20 gram 
  • Vanili                     1/2 sendok teh
  • Soda Kue              1/2 sendok teh
Cara Pengolahan :
  1. Kocok margarin, gula halus, soda kue dan vanili hingga mengembang.
  2. Sambil dikocok masukkan kuning telur.
  3. Masukkan tepung, susu bubuk dan kopi bubuk ke dalam adonan hingga tercampur rata.
  4. Cetak adonan diatas loyang.
  5. Oven dengan suhu 170 derajat selama kurang lebih 30 menit.



Minggu, 29 Maret 2015

OLAHAN GANYONG

DAWET GANYONG
Bahan :

  • Pati Ganyong  80 gram
  • Tapioka  20 gram
  • Air  850 gram
  • Garam 1/2 sdt
  • Gula Pasir  2 sdm
  • Air es  secukupnya
Cara Pengolahan :
  1. Rebus air sampai mendidih tambahkan gula dan garam, kemudian masukkan pati ganyong dan tapioka yang sudah dilarutkan dengan air
  2. Aduk hingga matang, adonan siap untuk dicetak
  3. Gunakan air es untuk merendam hasil cetakan dawet
  4. Tiriskan, dawet siap untuk dihidangkan dengan larutan santan

Senin, 02 Maret 2015

Tanaman Pengganti Nasi


Berikut adalah beberapa jenis bahan pangan berupa umbi-umbian yang kandungan karbohidratnya sama dengan nasi bahkan, terhitung lebih sehat daripada nasi yang memiliki kandungan indeks glikemiks yang begitu tinggi. Kita ketahui bahwa kadar IG adalah salah satu penyebab timbulnya penyakit degenaratif seperti diabetes melitus dan penyakit komplikasi lainnya.
Kurang lebih terdapat sekitar 30 jenis umbi-umbian yang tumbuh di Indonesia, namun kebanyakan masyarakat hanya mengenal tanaman ubi jalar dan ubi kayu. Beberapa umbi-umbian yang dikenal di Indonesia, antara lain berikut ini.
1. Ganyong
Ganyong (Canna Edulis Kerr) merupakan tanaman herbal yang berasal dari Amerika Selatan. Seiring dengan perkembangannya, tanaman ini menyebar ke berbagai daerah di dunia. Di Indonesia, dikenal dua varietas ganyong, yaitu ganyong merah dan ganyong putih. Ganyong merah ditandai dengan warna batang, daun, dan pelepah yang berwarna hijau atau ungu. Sementara ganyong putih memiliki warna batang, daun, dan pelepah berwarna hijau, serta sisik umbinya berwarna kecokelatan.
Ganyong merupakan tanaman yang cukup potensial sebagai sumber karbohidrat. Umbinya yang berasal dari tanaman yang sudah dewasa dapat dimakan dengan diolah terlebih dahulu atau diambil patinya. Sementara itu, umbi yang masih muda dapat dimakan dengan cara dibakar atau direbus terlebih dahulu. Ganyong juga dapat digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan nasi jagung.
2. Garut
Garut merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang potensial untuk dikembangbiakkan. Umbi garut memiliki kadar pati yang cukup tinggi sehingga tidak kalah dengan jenis umbi-umbian lain. Pati garut mempunyai tekstur yang sangat halus dan mudah dicerna karena disusun oleh amilosa dan amilopektin sehingga dapat dibuat sebagai campuran produk yang menggunakan tepung ubi kayu, seperti cendol dan kerupuk. Selain itu, dapat juga dibuat sebagai campuran pembuatan produk yang memakai campuran bahan lain seperti udang, ikan, pempek, sohun, dodol jenang, kue dadar, kue semprit, mie, roti, dan aneka kue tradisional lain.
3. Labu Kuning
Labu kuning atau waluh (Cucurbita Moschata) dapat diolah menjadi aneka makanan. Memiliki kandungan beta karoten dan serat kasar yang tinggi. Tepung labu kuning memiliki aroma khas dan warna kuning yang dapat diolah menjadi aneka makanan. Berdasarkan nilai gizinya, tepung labu kuning memiliki kandungan gizi yang lebih unggul daripada tepung terigu dan tepung beras. Tepung ini sangat baik digunakan untuk bahan fortifikasi pangan untuk meningkatkan nilai gizi, khususnya pada anak-anak.
4. Sukun
Sukun (Artocarpus artilis) merupakan tanaman buah yang mengandung karbohidrat. Sebelum mengenal padi, dahulu masyarakat mengonsumsi sukun sebagai makanan pokok. Sebagai buah yang mengandung karbohidrat, sejak dulu sukun juga sudah biasa dijadikan sebagai cadangan pangan sumber karohidrat jika terjadi kemarau panjang atau jika terjadi penurunan produksi padi, jagung, dan umbi-umbian.
Sukun mengandung karbohidrat, sukun juga banyak mengandung unsur-unsur vitamin seperti kalsium (Ca), zat besi (Fe), vitamin B1B2, dan vitamin C. Juga mengandung asam amino esensial yang tidak diproduksi oleh tubuh manusia. Kandungan protein dan karbohidrat sukun segar lebih tinggi dari ubi kayu, ubi jalar, dan kentang. Apabila sudah dibuat dalam bentuk tepung, nilai gizinya setara dengan beras.
5. Kimpul
Kimpul merupakan jenis umbi yang memiliki banyak kelebihan dari nilai gizinya. Dibandingkan dengan umbi lainnya, pati yang dibuat dari kimpul lebih mudah dicerna karena granula patinya berukuran kecil dan mengandung kalsium, fosfor, vitamin A, dan B. Kimpul baik digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan makanan balita karena tingkat kecernaan patinya yang tinggi, jumlah kalsium dan fosfor yang cukup untuk pembentukan tulang, adanya vitamin B kompleks dan provitamin A.
6. Ubi Kayu (Singkong)
Ubi kayu atau dikenal juga sebagai singkong merupakan salah satu pangan sumber karbohidrat yang sudah banyak ditanam hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Singkong memiliki kandungan energi yang cukup tinggi sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan pokok. Di samping itu, singkong juga mempunyai indek glikemiks (IG) rendah sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes. Pati singkong tidak mengandung gluten sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita autis.
7. Ubi Jalar
Ubi jalar memiliki nilai gizi yang tinggi, kaya vitamin dan mineral. Ubi ini juga relatif tahan lama dan jika disimpan lebih lama rasanya akan semakin manis. Selain itu, ubi jalar juga sangat potensial jika dikembangkan untuk penganekaragaman konsumsi pangan.
Konsumsi ubi jalar sepanjang tahun hanya ada di Papua dan Maluku. Selebihnya, di daerah lainnya di Indonesia, ubi jalar hanya dikonsumsi dalam bentuk makanan tradisional saja seperti ubi goreng, ubi rebus, kolak, getuk, dan keripik. Di negara-negara maju, ubi jalar dijadikan makanan tradisional yang dipublikasikan setara dengan pizza atau hamburger sehingga aneka makanan ubi jalar dijual di toko-toko bertaraf internasional.
8. Pisang
Tanaman pisang berasal dari daerah tropis Asia Tenggara di sekitar kawasan Malaysia dan Indonesia. Akan tetapi sekarang, tanaman pisang telah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia dengan sentra produksi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Pisang kaya vitamin A, vitamin C, kalsium, dan posfor sehingga pisang dapat dipakai sebagai obat luka lambung, menurunkan kolesterol darah, mencegah kanker usus, menjaga kesehatan jantung, menghaluskan kulit, dan sebagainya. Dalam bentuk tepung dan pati, pisang juga kaya karbohidrat dan protein, dapat digunakan sebagai bahan campuran pembuat roti, kue, biskuit, bubur bayi, pastry, es krim, dan puding. Berbagai jenis pisang sangat baik untuk dijadikan tepung.
9. Jagung
Jagung (Zea Mays L) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang sangat  penting. Tanaman ini merupakan tanaman jenis padi-padian (serealia) seperti padi, gandum, sorgum, jewawut, cantel, jail, dan sebagainya.
Tanaman ini banyak ditanam di ladang-ladang yang berhawa sedang dan panas sebagai tanaman bahan makanan dan bahan pakan ternak. Hingga saat ini, jagung masih dapat ditemui sebagai makanan pokok di beberapa daerah, seperti Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, serta beberapa wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebagai makanan pokok, jagung biasanya dikonsumsi dalam bentuk nasi jagung.
Masyarakat Indonesia di berbagai wilayah, mengonsumsi jagung dengan cara yang berbeda-beda. Sebagai contoh, masyarakat di Desa Mangli (salah satu desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah) mengonsumsi jagung sebagai pengganti nasi dalam bentuk butiran halus atau tepung. Di Nusa Tenggara Timur, dikenal nasi bose (biasanya dicampur dengan kacang tunggak), jagung titi (berbentuk emping), dan nasi lawar (jagung dicampur nasi). Sementara itu, di daerah Sulawesi dikenal bassang yaitu makanan khas etnis Bugis-Makassar  yang berupa bubur jagung dan barobbo (Sumatera Utara). Masyarakat Gorontalo sudah sangat familiar dengan binte biluhuta, yaitu berupa sup jagung bening yang dibuat dari jagung muda.
10. Uwi
Uwi atau ubi kelapa merupakan sejenis umbi-umbian pangan. Uwi adalah tumbuhan merambat dan memiliki banyak sekali jenisnya. Di seluruh dunia, terdapat sekitar 600 jenis uwi-uwian. Dari 600 jenis itu, hanya sekitar 20-an saja umbi-umbian yang dibudidayakan dan dimanfaatkan umbinya. Kebanyakan dimanfaatkan untuk bahan pangan. Beberapa jenis lainnya digunakan untuk kebutuhan nonpangan, seperti untuk tanaman obat tradisional, pestisida, dan pewarna pakaian.
11. Sagu
Sagu (pati sagu) merupakan salah satu makanan pokok daerah di Indonesia Timur (Papua, Maluku, Sulawesi Utara, dan beberapa daerah di Nusa Tenggara). Konsumsi sagu sebagai makanan pokok dalam bentuk makanan tradisional, seperti papeda, kapurung, sagu bakar, dan lain-lain. Saat ini, sekitar 30% masyarakat Maluku dan Papua masih menggunakan sagu sebagai makanan pokok sebagai makanan sehari-harinya, 50% menggunakan menu sagu dan umbi-umbian, sedangkan sisanya sudah beralih ke beras.
Banyak jenis tanaman sagu yang dapat menghasilkan tepung sagu. Semua tanaman ini tersebar di beberapa wilayah di Indonesia di antaranya di Kepulauan Maluku, Papua, Mentawai, Riau, dan Sumatera. Di Riau juga dijumpai sagu yang dikonsumsi masyarakat dalam bentuk butiran yang dikenal dengan nama sagu rending serta dalam bentuk olahan lain seperti kue bangkit, laksa sagu, dan sagu embel.
Manfaat jika kita mengonsumsi aneka makanan yang berasal dari sagu, selain dapat mengenyangkan, tapi tidak menyebabkan kegemukan, mencegah sembelit dan mencegah resiko kanker usus, memperlambat kadar glukosa dalam darah karena indeks glikemiksnya rendah sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus.
12. Gadung
Gadung merupakan tanaman umbi-umbian yang cukup populer walaupun kurang mendapat perhatian. Gadung menghasilkan umbi yang dapat dimakan, tetapi mengandung racun yang dapat mengakibatkan pusing dan muntah apabila tidak benar pengolahannya. Produk gadung yang paling dikenal adalah dalam bentuk keripik meskipun rebusan gadung juga banyak dimakan. Umbinya dapat pula dijadikan arak (difermentasi) sehingga di Malaysia dikenal juga dengan nama ubi arak, selain taring pelandok.
13. Gembili
Gembili adalah  jenis umbi yang merambat dengan daun berwarna hijau dan batang agak berduri. Buahnya menyerupai ubi jalar dengan ukuran sebesar kepalan tangan orang dewasa. Berwarna coklat muda dengan kulit tipis. Umbinya cukup besar. Kulit umbinya agak getas, tetapi tipis seperti kulit kayu. Umbi gembili apabila dikukus atau direbus sangat gurih, empuk, gembur, dan enak. Gembili juga tidak beracun seperti gadung, juga tidak gatal seperti talas.
Orang-orang dulu biasanya menjadikan tanaman umbi-umbian sebagai tandon makanan di masa paceklik. Umbi gembili tahan disimpan cukup lama. Di tempat terbuka, gembili akan awet 2-3 bulan. Tanaman ini sangat produktif. Satu butir umbi gembili mampu menghasilkan 10-20 kilogram umbi selama kira-kira 6 bulan. Ada berbagai macam gembili, yaitu gembili gajah, gembili teropong, gembili ketan, gembili srewot, dan gembili wulung.
14. Talas
Talas (Colocasia sp.) adalah umbi pokok yang terdapat di bawah batang. Talas dapat tumbuh di tempat berair sehingga dapat ditanam di pinggir selokan, di pinggir empang, pematang sawah, dan pinggiran kali. Namun, ada juga yang ditanam di tanah kering seperti kebun, tegalan, dan bentul. Manfaat utama talas adalah sebagai bahan makanan pokok juga diolah menjadi makanan, seperti talas goreng, keripik talas, dan kue talas.
Ada pula talas beneng yang bentuknya besar. Belum ada pembudidayaan dan pemanfaatan talas beneng secara intensif. Pengolahan produknya hingga saat ini hanya dengan cara dikukus dan dibuat keripik.
Selain beberapa jenis umbi-umbian tersebut, masih ada puluhan jenis umbi-umbian lainnya yang dapat tumbuh secara massal di Indonesia. Semua umbi-umbian ini juga memiliki kandungan gizi dan manfaat yang tinggi. Selain sebagai sumber karbohidrat, umbi-umbian dan buah-buahan ini juga dapat dinikmati sebagai makanan pokok yang dapat dikonsumsi dengan tambahan lauk pauk. Selain mengenyangkan, makanan ini juga mampu memenuhi standar gizi yang cukup sesuai dengan pola makanan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman.

Kini ungkapan “Belum makan kalau belum makan nasi” seharusnya sudah mulai Anda singkirkan dari mindset Anda sejak hari ini. Yuk kita coba mengonsumsi makanan pengganti nasi. (arief muhajir-disaripatikan dari buku Revolusi Mindset: One Day Nor Rice untuk Indonesia Sehat dan Sejahtera, GIP Februari 2014)
(Dari berbagai sumber)

Minggu, 15 Februari 2015

OLAHAN PISANG

                                                 PROLL PISANG

BAHAN I:

  • Kuning Telur 4 butir
  • Gula Pasir 25 gr
  • Susu Bubuk 1 sdm

Bahan II :

  • Tepung terigu 2 sdm
  • Pisang Tanduk yang sudah dikukus 2 buah
  • Nangka (Iris Halus) 2 biji
  • Mentega 3 sdm
  • Santan Kental 100 cc

Cara Membuat :
1. Kocok bahan I sampai mengembang
2. Masukkan bahan II, aduk hingga rata, kemudian cetak dan oven hingga matang
3. Makanan siap dihidangkan


Kamis, 12 Februari 2015

DEFINISI DAN PENGERTIAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)




     Kawasan Rumah Pangan Lestari diwujudkan dalam satu Rukun Tetangga atau Rukun Warga/Dusun (Kampung) yang telah menerapkan prinsip Rumah Pangan Lestari dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (Sekolah, rumah ibadah dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil.
     Kementrian Pertanian telah menyusun konsep Model Kawasan Rumah Pangan Lestari yang merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk menjaga keberlanjutannya, pemanfaatan pekarangan dalam konsep model KRPL dilengkapi dengan kelembagaan kebun bibit Desa, Unit pengolahan serta pemasaran untuk penyelamatan hasil yang melimpah (Kementrian Pertanian, 2011)
Berdasarkan pemikiran tersebut, seperti tertuang dalam Pedoman Umum Model KRPL (Kementrian Pertanian, 2011), tujuan pengembanngan Model KRPL adalah :
1.    Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari,
2.    Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan diperkotaan maupun perdesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos,
3.    Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan pemanfaatan pekarangan dan melakukan pelestarian tanaman pangan lokal untuk masa depan, dan
4.    Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.
Berdasarkan tujuan tersebut sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera (Kementrian Pertanian, 2011)
Perencanaan dan pelaksanaan Model KRPL
Untuk merencanakan dan melaksanakan pengembangan model KRPL, dibutuhkan sembilan tahapan kegiatan seperti telah dituangkan dalam pedoman umum model KRPL (Kementrian Pertanian, 2011), yaitu :
1.    Persiapan, yang meliputi :
a.    Pengumpulan informasi awal tentang potensi sumber daya dan kelompok sasaran
b.    Pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi
c.    Koordinasi dengan dinas pertanian dan dinas terkait lainnya di Kabupaten/Kota
d.    Memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
2.    Pembentukan kelompok  : Kelompok sasaran adalah rumah tangga atau kelompok rumah tangga dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para anggota dengan prinsip keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri.
3.    Sosialisasi: menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait.
4.    Penguatan kelembagaan kelompok, dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok:
a.    Mampu mengambil keputusan bersama melalui musyawarah
b.    Mampu menaati keputusan yang telah ditetapkan bersama
c.    Mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi
d.    Mampu untuk bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong royongan)
e.    Mampu untuk bekerjasama dengan aparat maupun dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
5.    Perencanaan kegiatan: melakukan perencanaan atau rancang bangun pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam dengan berbagai tanaman pangan, sayuran dan obat keluarga, ikan dan ternak, diversifikasi pangan berbasis sumber daya local, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, kebun bibit desa, serta pengelolaan limbah rumah tangga. Selain itu dilakukan penyusunan rencana kerja untuk satu tahun. Kegiatan tersebut dilakukan bersama-sama dengan kelompok dan dinas instansi terkait.
6.    Pelatihan: pelatihan dilakukan sebelum pelaksanaan dilapangan. Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya ikann dan ternak, pembenihan dan pembibitan, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga. Jenis pelatihan lainnya adalah tentang penguatan kelembagaan.
7.    Pelaksanaan : pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh kelompok dengan pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh penyuluh dan petani andalan. Secara bertahap dalam pelaksanaannya menuju pada pencapaian kemandirian pangan rumah tangga, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, konservasi tanaman pangan untuk masa depan, pengelolaan kebun bibit desa dan peningkatan kesejahteraan.
8.    Pembiayaan : bersumber dari kelompok, masyarakat, partisipasi pemerintah daerah dan pusat, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta dan dana lain yang tidak mengikat.
9.    Monitoring dan Evaluasi, dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan dan menilai kesesuai kegiatan yang telah dilaksanakan dengan perencanaan. Evaluator dapat dibentuk oleh kelompok dan dapat juga berfungsi sebagai motivator bagi pengurus, anggota kelompok dalam meningkatkan pemahaman yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya yang tersedia dilingkungannya agar berlangsung lestari.
Model KRPL dilaksanakan dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan instansi terkait pusat dan daerah yang masing-masing bertanggung jawab terhadap sasaran atau keberhasilan kegiatan. Secara rinci peran setiap elemen tersebut dapat disimak pada tabel dibawah :
No
Pelaksana
Tugas/peran dalam kegiatan
1.
Masyarakat
·         Kelompok Sasaran
·         Pamong Desa (RT, RW, Kasun) dan tokoh Masyarakat

·         Pelaku utama
·         Pendamping
·         Monitoring dan Evaluasi
2.
Pemerintah daerah (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perikanan, Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan dan Lembaga Terkait lainnya)
·         Pembinaan dan pendampingan kegiatan oleh petugas lapang
·         Penanggung jawab keberlanjutan kegiatan
·         Replika kegiatan kelokasi lainnya
3.
·         Pokja 3, PKK
·         Kantor Ketahanan Pangan
Koordinator Lapangan
4.
Ditjen Komoditas dan Badan Lingkup Kementrian Pertanian
Pengembangan Model sesuai Tupoksi Instansi
5.
Badan Litbang Pertanian
·         Membangun Model KRPL
·         Narasumber dan pengawalan imovasi teknologi dan kelembagaan
6.
Perguruan Tinggi/Swasta/LSM
Dukungan dan Pengawalan
7.
Pengembang Perumahan
Fasilitasi Pemanfaatan Lahan kosong dikawasan perumahan
Sumber: Pedoman Umum Model KRPL, Kementrian Pertanian, 2011.
           
Selanjutnya Badan Litbang mengembangkan 6 konsep dalam Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yaitu:
1.    Kemandirian pangan rumah tangga pada suatu kawasan,
2.    Diversifikasi pangan yang berbasis sumber daya lokal,
3.    Konservasi tanaman-tanaman pangan maupun pakan termasuk perkebunan, hortikultura untuk masa yang akan datang,
4.    Kesejahteraan petani dan masyarakat yang memanfaatkan Kawasan Rumah Pangan Lestari,
5.    Pemanfaatan kebun bibit desa agar menjamin kebutuhan masyarakat akan bibit terpenuhi, baik bibit tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, termasuk ternak, unggas, ikan dan lainnya,
6.    Antisipasi dampak perubahan iklim.
2.1.2. Pemanfaatan Pekarangan
Pekarangan merupakan  sebidang tanah di sekitar rumah yang mudah di usahakan dengan tujuan untuk meningkatkan pemenuhan gizi mikro melalui perbaikan menu keluarga. Pekarangan sering juga disebut sebagai lumbung hidup, warung hidup atau apotik hidup.
Pemanfaatan Pekarangan adalah pekarangan yang dikelola melalui pendekatan terpadu berbagai jenis tanaman, ternak dan ikan, sehingga akan menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam secara terus menerus, guna pemenuhan gizi keluarga. Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna. Fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan :
a.    bahan makan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya;
b.    sayur dan buah-buahan;
c.    unggas, ternak kecil dan ikan;
d.    rempah, bumbu-bumbu dan wangi-wangian;
e.    bahan kerajinan tangan;
Usaha di pekarangan jika dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan, disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga. Dari hasil penelitian di Yogyakarta (Peny,DH dan Benneth Ginting, 1984), secara umum pekarangan dapat memberikan sumbangan pendapatan antara 7% sampai dengan 45%.
Fasilitas Pekarangan.
Dalam pekarangan dilengkapi  beberapa fasilitas yang merupakan kebutuhan anggota  keluarga yaitu: Lahan pertanaman, Kandang ternak, Kolam ikan, Lumbung atau gudang, Tempat menjemur hasil pertanian, Tempat menjemur pakaian, Halaman tempat bermain anak-anak, Bangku, Sumur, Kamar mandi, Tiang bendera, Tiang lampu, Garasi, Lubang sampah, Jalan setapak, Pagar,Pintu Gerbang dan lain-lain.
Zonasi Pekarangan
Zona pekarangan dibagi menjadi halaman depan (buruan), halaman samping (pipir) dan halaman belakang (kebon). Halaman depan  merupakan area penempatan  lumbung, tanaman hias, pohon buah, tempat bermain anak, bangku taman, tempat menjemur hasil pertanian, halaman samping  adalah tempat jemur pakaian, pohon penghasil kayu bakar, bedeng tanaman pangan, tanaman obat, kolam ikan, sumur dan kamar mandi dan untuk halaman belakang  terdiri dari  bedeng tanaman sayuran, tanaman bumbu, kandang ternak, tanaman industri.
Potensi Pemanfaatan Pekarangan
a.    Tanaman pangan:  umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran, buah, bumbu, obat
b.    Tanaman yang bernilai ekonomi tinggi: buah, sayuran, hias (bunga potong, tanaman pot,tanaman taman)
c.    Ternak: unggas hias, petelur, pedaging. Ikan: hias, produksi daging, dll.
Dengan teknik budidaya sebagai berikut :
1.    Budidaya organik
Budidaya tanaman secara organik – sesedikit mungkin menggunakan bahan anorganik. Bahan organik berasal dari sisa kegiatan hulu pertanian. Bahan-bahan sisa kegiatan pertanian berupa sekam, arang sekam, sabut kelapa, kulit kacang tanah, serbuk gergaji, sampah daun bambu, bahkan sampah rumah tangga dan lumpur endapan kolam ikan. Teknik-teknik baru menggunakan EM4, dekomposisi bahan organik ini menjadi kompos telah dapat dipercepat dari 2-4 bulan menjadi 2-4 minggu.
2.    Vertikulture
Vertikultur adalah usaha pertanian dengan memanfaatkan semaksimal mungkin ruang dalam pengertian 3 dimensi, di mana dimensi tinggi (vertikal) dieksploitasi sehingga indeks panen per satuan luas lahan dapat dilipatgandakan dengan cara bertanam tanaman dengan media selain tanah pada bak-bak tanaman yang diatur bertangga (Cascade planting) --- struktur etage bouw pada pekarangan.
Bertanam dalam pot-pot gantung yang mengisi penuh ruang, yang tahan teduh di bawah dan yang lebih suka panas diletakkan di atas.
3.    Tabulampot
Menanam tanaman buah-buahan didalam pot, dengan syarat media tanam harus mampu menopang tanaman, dapat menyediakan hara, air dan aerasi yang baik. Menanam tanaman buah-buahan (bisa tanaman lainnya: bunga) didalam pot. Pot yang kurang baik, mempunyai aerasi yang buruk sehingga kurang menguntungkan untuk perkembangan akar.
Pemanfaatan Pekarangan Pola KRPL
Pola Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan aktualisasi pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal dengan maksimalisasi produktivitas lahan lain  yang ada di lingkungannya untuk pengembangan ketersediaan pangan yang beranekaragam tiap rumah tangga dalam suatu wilayah desa/dusun/kampung. Konsep KRPL yang ditumbuh kembangkan mempunyai pengertian sebagai kawasan/ wilayah yang dibangun dari beberapa Rumah Pangan Lestari, yakni unit – unit rumah tangga yang menerapkan  prinsip pemanfaatan pekarangan secara optimal yang ramah lingkungan dan ditopang  pula oleh maksimalisasi produktivitas lahan di luar pekarangan di dalam kawasan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya berbasis partisipatif aktif dan kolektifitas/terintegrasi dalam masyarakatnya. Pada hakekatnya KRPL ini merupakan suatu gerakan sekelompok masyarakat yang mandiri untuk meningkatkan kapasitas kemandirian pangannya (aspek ketersediaan, akses, dan keaneka ragaman pangan) secara bersama/ terintegrasi/ kolektifitas melalui pemanfaatan lahan pekarangan dan sekitarnya secara optimal. Oleh karena itu untuk mewujudkan suatu KRPL di suatu daerah/ wilayah (dalam satuan desa/ dusun/ kampung) selain diperlukan sentuhan terhadap aspek teknis produksi dan ekonomi (technology and economic approach) melainkan juga yang tidak kalah urgensinya adalah adanya sentuhan perekayaan sosial yang berkaitan dengan perubahan perilaku dan peningkatan kapasitas SDM masyarakatnya untuk aplikasi inovasi teknologi pertanian unggul mendukung RPL yang sehat dan bergizi.
Dalam PEDUM Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Kementrian Pertanian, 2011) lahan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik dalam menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak dan ikan.
1.    Pekarangan Perkotaan
Pekarangan perkotaan dikelompokan menjadi empat, yaitu :
a.    Rumah tipe 21 dengan total luas tanah sekitar 36 m2 atau tanpa halaman.
b.    Rumah tipe 36, luas tanah sekitar 72 m2 atau halaman sempit.
c.    Rumah tipe 45, luas tanah sekitar 90 m2 atau halaman sedang, dan
d.    Rumah tipe 54 atau 60 dengan luas tanah sekitar 120 m2 atau halaman luas.
2.    Pekarangan Perdesaan
Pekarangan perdesaan dikelompokan menjadi 4, yaitu:
a.    Pekarangan sangat sempit (tanpa halaman).
b.    Pekarangan sempit (<120 m2).
c.    Pekarangan sedang (120 – 400 m2), dan
d.    Pekarangan luas (>400 m2).